Senin, 21 Januari 2013

Sudahkah Aku Mengenal Diriku?

Mengapa selama hidupku ini, aku buta akan siapa diriku? Sehingga aku tersesat dalam kebodohan yang tak berujung. . . Aku harus segera mengenali diriku itu!
Saya pernah membaca sebuah kalimat, yang maaf, saya lupa sumbernya_mudah-mudahan ada yang bisa mengingatkan! _ Yakni, ‘KENALILAH DIRIMU MAKA KAMU AKAN MENGENAL TUHANMU’. Tak heran ketika orang itu telah sungguh-sungguh mengenal dirinya maka akan berkata, "Ana Al Haq " atau "Manunggaling Kawula Gusti". Dan saya percaya orang-orang yang mengatakan demikian bukan untuk menunjukkan kesombongannya, tapi telah merasakan sebuah hati yang indah atas sebuah kesadaran siapa dirinya yang sejati.


Dan saya juga ingat, dimana dikatakan , Tuhan menciptakan manusia sesuai dengan bentuk dan rupanya. Setiap manusia punya roh, itulah yang menyebabkan kita mempunyai kehidupan. Tetapi begitu roh itu meninggalkan tubuh ini, dikatakanlah kita telah mati. Lalu apakah roh itu? Banyak penjelasan, dan saya tak pintar untuk menjelaskannya. Hanya sedikit pengajaran yang saya dapatkan. Dikatakan, roh yang terdapat pada tubuh kita ini adalah roh suci diberikan oleh Tuhan. Ia putih bersih tiada ternoda dan ia abadi adanya. Ia juga adalah percikan Roh Tuhan.

Tapi pada kontek ini saya tak perlu menjelaskan panjang lebar tentang roh itu, karena bukan ahlinya. Karena inti dari tulisan ini juga bukan tentang roh. Karena kebanyakan dari kita yang hidup sekarang ini telah tidak mengenal lagi siapa dirinya yang sesungguhnya. Karena kita hanya mengenal secara fisik diri kita, saya ini hanya manusia yang bernama Katedra, umpamanya. Padahal ibarat tempat tinggal tubuh kita ini hanyalah sebuah rumah, dan didalamnya ada tinggal sang tuan rumah. Itulah diri kita yang sejati. Karena tubuh ini hanya palsu belaka, dimana ia akan musnah suatu saat bila waktunya telah tiba.

Jadi kita seharusnya menyadari sebenarnya ada mahkluk spiritual yang mendiami tubuh kita ini. Dialah yang harus kita kenali, bukan tubuh ini! Dialah yang seharusnya mengendalikan hidup kita. Jadi tak heran oleh sebab kita tidak mengenali diri kita yang sesungguhnya penuh kebajikan ini, kelakuan kita tidak layak lagi disebut manusia. Mengapa?

Karena kelakuan kita sudah menyerupai hewan bahkan kadang lebih kejam. Pikiran kita liar sulit dikendalikan dan serakah bagaikan seekor kera. Kita gampang diprovokasi dan digiring bagaikan bebek sawah. Kalau bicara yang tidak benar dan menghasut suaranya keras bagai gonggongan anjing hutan. Sehabis membunuh, dengan tenang memotong - motong tubuh si korban, tidak bedanya dengan seekor macan yang sedang memangsa. Demi meraih keuntungan sendiri akal bulus dipasang seperti taktik seekor musang. Sikap-sikap kita buas tak kalah dengan beruang. Nafsu-nafsu birahi tidak terkendali tak ubahnya hewan peliharaan. Dan masih banyak lagi.

Saya tidak bermaksud menyinggung siapa pun juga, tapi itu adalah kelakuan diri saya sendiri selama ini. Kalau demikian, masih pantaskah disebut manusia. Ya, tak perlu marah, tapi harus dengan jujur mengakuinya. Tumbuhkan kesadaran untuk segera mengenali diri kita yang sesungguh, tak perlu jauh mencarinya kemana-mana. Dia persis ada dihadapan kita. Tak perlu malu, dengan masa lalu yang kelabu, yang hidup dalam kepalsuan karena ketidak mengertian. Dengan gagah menanggalkan manusia lama, untuk hidup baru dengan menggunakan diri kita yang asli.

Dan dengan yakin mengatakan, aku bukan yang dulu lagi! Aku tak akan dibodohi lagi , seperti dulu yang bahkan tak mengenal diriku sendiri yang begitu dekatnya. Malah aku sibuk untuk mengenali orang lain. Lucu rasanya. Namun sekarang aku telah mengerti siapa diriku yang sejati itu. Dialah yang akan menuntun jalan hidupku untuk kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar